Membuat Pupuk Organik Sebagai Solusi Permasalahan Limbah Domestik
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), 37,3% sampah di Indonesia berasal dari aktivitas rumah tangga. Kegiatan domestik menjadi penyumbang sampah terbesar di Indonesia karena jumlah penduduk yang terus meningkat di setiap tahunnya. Semakin banyak jumlah penghuni dalam satu rumah, maka kebutuhan akan makanan sebagai sumber energi juga semakin bertambah.
Bahan makanan dibutuhkan agar ibu rumah tangga bisa menghidangkan makanan untuk anggota keluarganya. Bahan mentah tersebut biasanya didapat dari warung ataupun pasar. Ironinya, masyarakat kita sudah terbiasa menggunakan kantong plastik sekali pakai untuk membungkus bahan belanjaan. Dimulai dari setiap berbelanja saja kita sudah memproduksi sampah, belum lagi ketika mengolah bahan mentah menjadi makanan. Banyak bagian dari bahan mentah tersebut yang tidak mungkin untuk ikut diolah, seperti kulit buah dan sayur, kulit umbi, tangkai sayur, atau karena sayuran yang sudah tidak layak konsumsi karna busuk dan layu. Akhirnya semua bahan yang tidak diolah itu masuk ke dalam tempat sampah.
Semakin banyak kebutuhan memproduksi makanan maka semakin banyak pula sampah yang dihasilkan dalam satu rumah tangga dan rumah produksi. Limbah sisa bahan makanan tersebut jika tidak terkelola akan berahir dan menumpuk di TPA. Padahal limbah bahan makanan merupakan bahan organik yang mengandung unsur hara memiliki banyak manfaat bagi pertumbuhan tanaman melalui proses perbaikan struktur tanah.
Kompos merupakan salah satu cara pengolahan limbah sisa bahan makanan yang cukup mudah untuk dilakukan serta dapat menambah nilai ekonomi bagi para pelaku usaha pengolahan kompos. Untuk membuat kompos, limbah sisa bahan makanan tadi perlu diolah hingga mengalami perubahan bentuk menjadi seperti tanah dan tidak berbau.
Berikut 4 cara membuat kompos sebagai pupuk organik:
1. Pencacahan limbah sisa bahan makanan
Pencacahan dilakukan untuk mempercepat proses pengkomposan. Bahan pembuatan kompos harus dihancurkan hingga memiliki bentuk yang lebih lebih kecil. penghancuran limbah bisa dilakaukan secara manual untuk skala kecil. Namun pengolahan limbah secara besar membutuhkan mesin pencacah dalam proses penghancuran bahan kompos agar lebih
efektif dan efisien.
2. Penyimpanan bahan kompos
Bahan kompos yang merupakan sisa limbah bahan makanan yang sudah dihancurkan dimasukan ke dalam wadah komposter, sisakan sedikit ruang pada komposter tidak perlu sampai penuh. Penggunaan komposter ini bertujuan agar hasil kompos lebih optimal karena terdapat lubang-lubang pembuangan air.
3. Menunggu proses pembusukan
Kompos siap digunakan setelah 4 minggu atau sekitar satu bulan. Selama proses ini bahan kompos akan menjadi panas karena proses mikroorgnaisme didalamnya yang mengubah bahan kompos menjadi kompos matang. Untuk mempercepat proses pengkomposan bisa menambahkan mikroorganisme starter atau biasa disebut EM4. Penggunaan EM4 dengan mencampurkan bahan kompos dengan larutan EM4 ketika akan memasukan bahan kompos ke komposter.
4. Pemanenan kompos
Tanda kompos siap dipanen adalah dengan pengecekan suhu pada kompos. Apabila suhu kompos normal sesuai suhu ruangan, maka proses pengkomposan sudah selesai dan kompos siap untuk digunakan. Namun apabila suhu pada kompos masih diatas suhu normal, maka kompos belum bisa siap digunakan karena proses pengkomposan oleh mikroorganisme masih berlangsung.
Pembuatan kompos sebagai pupuk organik ini dinilai cukup mudah dilkaukan karena tidak membutuhkan banyak tenaga dalam proses pengerjaannya. Terlebih sudah banyak alat dan mesin pengolahan limbah organik yang beredar dipasaran. Salah satu penyedia alat dan bahan pengolahan limbah adalah Madanitec.
Karena mudahnya mengolah limbah organik, maka pengolahan limbah organik ini bisa dilakukan oleh setiap rumah tangga, selain mengurangi jumlah sampah juga dapat meningkatkan kesehatan karena penggunaan pupuk organik.